Dejadream.com – Seorang animator muda asal Gianyar, AA Gde Bagus Adhistya Sedana (21), berhasil mencuri perhatian publik berkat karya film animasi pendek berjudul Ikan Mas Tur Dedari. Mahasiswa Program Studi Animasi Sekolah Tinggi Multi Media (MMTC) Yogyakarta ini sukses menghadirkan karya berkualitas ala anime Jepang, namun tetap kental dengan nuansa budaya Bali.
Read More : Gianyar Tampil Gaya Di Hut Ri: Gajah Jadi Bintang Upacara, Warga Terharu
Viral di TikTok dengan Visual Kelas Anime
Trailer berdurasi 1,5 menit yang diunggah di TikTok sudah ditonton lebih dari 8,8 juta kali. Banyak warganet memuji visualnya yang detail dan halus, seolah setara dengan animasi Jepang. Meski bergaya anime, film ini justru memamerkan keindahan budaya Bali melalui cerita, tokoh, hingga latar tempat yang ditampilkan.
Terinspirasi dari Cerita Rakyat Bali
Film berdurasi 15 menit ini bukan proyek iseng. Adhis menjadikannya sebagai tugas akhir kuliah. Cerita Ikan Mas Tur Dedari terinspirasi dari satua Bali “I Durma lan Rajapala”, yang mirip dengan kisah Jaka Tarub dari Jawa. Dari cerita itu, lahirlah tokoh utama bernama Saras, seorang gadis yang penasaran dengan identitas ibunya. Dalam perjalanan mencari jawaban, Saras dipandu oleh seekor ikan mas ajaib bernama Matsya, yang diadaptasi dari awatara Dewa Wisnu.
Menampilkan Keindahan Bali
Lewat petualangan Saras, penonton akan dimanjakan dengan latar ikonik Bali. Mulai dari Taman Ujung, Pura Uluwatu, Balai Budaya Gianyar, hingga detail arsitektur khas Bali di sekolah, rumah, dan jalanan.
Untuk menampilkan detail ini, Adhis melakukan riset mendalam mengenai ukiran dan arsitektur Bali, termasuk dari Puri Ubud. Tak hanya tempat, film ini juga menghadirkan suasana sosial budaya Bali, seperti cara berpakaian, dialek bahasa, hingga gaya hidup sehari-hari masyarakat Pulau Dewata.
Proses Produksi Selama 13 Bulan
Meski berdurasi hanya 15 menit, proses pembuatan film ini memakan waktu 13 bulan. Adhis mengerjakan hampir semua proses sendiri, mulai dari riset, storyboard, layouting, hingga animasi frame by frame. Ia hanya dibantu adik dan beberapa teman untuk pewarnaan serta pengisian suara.
Screening perdana dilakukan pada September 2025 di kampus MMTC Yogyakarta. Meski begitu, film ini belum bisa ditonton publik secara luas karena masih butuh revisi sebelum bisa masuk festival film pendek atau tayang di platform streaming.
Baca juga: Bpbd Gianyar Ingatkan Warga Waspada Banjir Rob Fenomena Bulan Purnama
Rencana ke Depan
Adhis berencana terus mengembangkan Ikan Mas Tur Dedari agar bisa masuk ke festival film dan bahkan tayang di bioskop. Ia ingin menjawab antusiasme warganet yang terkesan dengan karya animasinya. “Melihat tanggapan audiens, sebenarnya ingin membuat film yang bisa tayang di layar lebar,” ungkapnya. Dengan semangat dan dedikasi tinggi, Adhis berhasil membuktikan bahwa budaya Bali bisa dikemas modern lewat animasi berkualitas internasional.