Heboh! Griya Panembahan Ubud Protes Kebisingan Musik Living Stone, Begini Kronologinya

Griya Panembahan

Dejadream.com – Ida Sri Bhagawan Panembahan Jawi Acarya Daksa Manuaba, pemimpin Griya Panembahan di Jalan Andong, Ubud, Gianyar. Ia menyampaikan keluhannya terkait kebisingan dari kegiatan Restoran Living Stone yang berada tepat di samping griya.

Read More : Hotel Gianyar

Pada Minggu (7/9) malam, Ida Sri bahkan mendatangi langsung restoran tersebut untuk melayangkan protes. Kebisingan yang terdengar dinilai menyerupai aktivitas clubing dengan musik keras atau sound horeg.

Sulinggih berusia 70 tahun ini mengaku sudah tidak tahan dengan kebisingan tersebut. Menurutnya, meski pihak griya telah bersikap toleran selama hampir tiga tahun, suara musik yang begitu keras pada malam kejadian membuat kenyamanan di dalam griya terganggu.

Kronologi Protes Kebisingan

Ketika penghuni griya mendatangi lokasi, mereka menemukan kegiatan tersebut dihadiri oleh Warga Negara Asing (WNA) dengan tiket masuk. Ida Sri juga sempat berbincang dengan salah satu WNA yang menyebut hidup selalu ada baik dan buruk. Namun Ida Sri menolak pandangan tersebut dengan menegaskan bahwa hidup seharusnya berlandaskan kebaikan.

Meski setelah protes volume musik sempat diturunkan, Ida Sri menyebut penurunannya hanya sekitar 10 persen. Pihak pengelola Living Stone juga menyatakan bahwa mereka memiliki izin beroperasi hingga pukul 22.00 Wita. Namun, menurut Ida Sri, kebisingan yang mengganggu sebelum jam operasional berakhir tetap harus dihentikan demi kenyamanan lingkungan sekitar.

Kekhawatiran terhadap Nilai Spiritual dan Budaya

Ida Sri menilai persoalan ini bukan sekadar soal kebisingan, melainkan berpotensi mengganggu keberlangsungan nilai-nilai spiritual dan budaya di Ubud yang dikenal sebagai pusat spiritual Bali. Ia mengimbau agar seluruh griya mendapatkan perlindungan dari ancaman serupa.

Bahkan, masalah ini rencananya akan dibawa ke rapat Sabha Pandita. โ€œGriya adalah benteng. Jika benteng jebol, maka semua akan ikut jebol,โ€ tegasnya.

Baca juga: Pura Dalem Sakenan Serangan Kini Lebih Mudah Dijangkau Turis Sehari

Klarifikasi dari Manajemen Living Stone

Di sisi lain, manajemen Living Stone membantah bahwa kegiatan tersebut adalah aktivitas clubing. Menurut perwakilan manajemen, Iwan, acara yang berlangsung adalah kegiatan yoga yang digelar Event Organizer (EO) dan dihadiri puluhan wisatawan.

Iwan menjelaskan, musik keras yang terdengar memang bagian dari acara yoga, bukan DJ atau clubing. Pihak manajemen mengaku sudah menurunkan volume ketika ada protes, serta menegaskan bahwa mereka sangat menghormati keberadaan griya.

Selain itu, pantauan langsung menunjukkan tidak ada aktivitas mengarah pada clubing, tidak ada alkohol, serta ruangan masih bersih dengan dekorasi bunga gumitir. Sebelumnya, manajemen juga telah membatasi kegiatan live musik hanya seminggu sekali sebagai bentuk penghormatan terhadap griya.