Dejadream.com – Desa Bona kabupaten Gianyar, kabupaten ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata populer di Bali. Namun, di balik keindahan alam dan budayanya, Gianyar menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Setiap hari, ratusan ton sampah dihasilkan dari rumah tangga, pasar, hotel, dan restoran. Kondisi ini membuat Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi semakin kewalahan menampung volume sampah yang terus meningkat.
Read More : Kabupaten Gianyar
Jika tidak ada solusi baru, dalam beberapa tahun ke depan kapasitas TPA tersebut diprediksi tidak lagi mampu menampung sampah. Menyadari hal itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gianyar pun melakukan terobosan lewat pendekatan menyeluruh yang melibatkan perubahan perilaku masyarakat sejak dari hulu, yaitu di rumah tangga.
Program ISWMP untuk Pengelolaan Sampah
Pemkab Gianyar melaksanakan Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP). Program ini tidak hanya berfokus pada pembangunan fasilitas pengelolaan sampah, melainkan juga pada peningkatan peran aktif masyarakat atau Paket Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM).
Melalui pendekatan ini, masyarakat diajak untuk memilah sampah dari sumbernya. Bukan hanya sekadar wacana, program ini diwujudkan dengan edukasi, penyediaan sarana, hingga pengawasan yang berkelanjutan.
Desa Bona Sebagai Pilot Project
Salah satu desa yang dipilih menjadi percontohan adalah Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh. Program berlangsung selama dua bulan, dari 10 Januari hingga 11 Maret 2025, dengan fokus di Banjar Pasedana. Sebanyak 163 Kepala Keluarga (KK) menjadi sasaran edukasi dan pembinaan.
Hasilnya cukup signifikan. Hingga akhir Maret 2025, sebanyak 116 KK atau sekitar 71% warga Banjar Pasedana sudah rutin memilah sampah rumah tangga menjadi tiga kategori, yakni organik, non-organik, dan residu.
Baca juga: Hutan Jati Mas Gianyar Jadi Lokasi Picnic Pop-up, Hits Di Instagram
Dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup Gianyar
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Ni Made Mirnawati, menegaskan bahwa keberhasilan Desa Bona tidak lepas dari semakin kritisnya kondisi kapasitas TPA Temesi. Ia menekankan pentingnya strategi ganda, yakni pengurangan sampah dari hulu dengan sistem pengelolaan modern di tingkat desa, serta penegakan aturan ketat terhadap sampah yang masuk ke TPA.
โKeberhasilan Desa Bona membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari desa kecil. Dengan edukasi intensif, infrastruktur memadai, dan regulasi yang jelas, masyarakat bisa membiasakan diri memilah sampah sejak dari rumah,โ ungkapnya.
Layak Direplikasi di Daerah Lain
Program ISWMP di Gianyar menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, desa, dan masyarakat dapat menghasilkan perubahan nyata. Desa Bona menjadi bukti bahwa desa pun bisa menjadi pionir dalam menciptakan kebiasaan baru yang lebih ramah lingkungan.
Model pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti ini sangat layak direplikasi di kabupaten maupun kota lain di Indonesia. Dengan dukungan semua pihak, krisis persampahan bukan lagi ancaman, melainkan peluang untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.