Dejadream.com – Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Gianyar, tercatat sebanyak 1.640 kasus DBD terjadi sejak Januari hingga pertengahan Juli 2025. Dari jumlah tersebut, 3 kasus berakhir dengan kematian. Angka ini menunjukkan bahwa penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti masih sulit dikendalikan di wilayah ini.
Read More : Jembatan Kaca Gianyar
Kasus DBD juga mengalami fluktuasi sepanjang tahun, dengan puncak tertinggi pada bulan April 2025 yang mencapai 331 kasus. Kondisi ini menegaskan bahwa Gianyar masih menjadi daerah rawan penyebaran DBD.
Data Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya
Tren tingginya kasus Demam Berdarah Dengue di Gianyar bukanlah hal baru. Berdasarkan catatan, pada tahun 2024 lalu Kabupaten Gianyar bahkan menempati posisi pertama dengan jumlah kasus tertinggi di Bali, yakni 4.476 kasus. Setelah Gianyar, disusul Kabupaten Badung dengan 2.407 kasus, serta Buleleng dengan 1.887 kasus.
Data ini memperlihatkan bahwa Gianyar masih menjadi episentrum penyebaran DBD di Bali, sehingga membutuhkan upaya lebih serius dalam pengendaliannya.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni, menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan berbagai langkah pencegahan. Beberapa di antaranya adalah penyelidikan epidemiologi, penyediaan larvasida, fogging fokus, serta promosi kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, edukasi mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terus digencarkan agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya lingkungan bersih.
Ariyuni juga mengingatkan masyarakat agar ikut aktif melakukan pengawasan wilayah masing-masing dan segera berkoordinasi dengan puskesmas jika terdapat kasus DBD. Partisipasi masyarakat menjadi kunci untuk menekan angka penularan.
Baca juga: Galeri Lukisan Batuan Painting Pop-up: Warisan 1930an Kini Instagramable
Gejala dan Bahaya DBD
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Gejala yang umum muncul meliputi demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, mual, muntah, serta ruam kemerahan pada kulit.
Pasien yang terinfeksi bisa memasuki fase kritis 1–2 hari setelah demam turun. Fase ini berbahaya karena berisiko menimbulkan kebocoran plasma, penurunan trombosit, hingga perdarahan hebat. Karena itu, masyarakat diimbau segera mencari perawatan medis ketika mengalami gejala DBD agar bisa ditangani lebih cepat.
Kasus DBD di Gianyar tahun 2025 masih menjadi masalah kesehatan serius dengan ribuan kasus dan korban meninggal. Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya pencegahan, namun peran aktif masyarakat tetap sangat penting. Menjaga kebersihan lingkungan, rutin melakukan PSN, serta mewaspadai gejala DBD adalah langkah sederhana yang bisa menyelamatkan nyawa.